9 Desember 2015
METROSIANTAR.COM, PALAS – Petani karet di Kabupaten Padang Lawas masih menjerit dengan harganya yang tidak kunjung naik. Padahal, di akhir tahun ini, musim hujan juga sudah mengurangi hari kerja penderes karet.
“Pusing kalau sekarang. Menderes cuma dua hari bisa dalam seminggu. Harganya pun anjlok,” kata Musa saat ditemui di Sibuhuan, kemarin (7/12). Dikatakannya, sebagus-bagusnya kualitas karet, saat ini hanya dihargai Rp6.500 per kg di tingkat toke pengumpul. Padahal, itu sudah dalam kondisi kering dan tanpa ada sampah dimasukkan ke dalam getah karet.
Hal sama juga disampaikan Parlindungan di Kecamatan Sosa. Menurutnya, karena harga yang murah, ia sempat berkeliling dan mencari toke yang lebih menawar harga sedikit tinggi. Ternyata, sama saja, harganya hanya Rp5 ribu per kilogram.
Sama juga dengan apa yang dikatakan Musa. Dalam seminggu terakhir ia hanya bisa menderes dua hari dalam seminggu. Padahal, dalam satu hari menderes, ia hanya bisa mendapatkan uang Rp75 ribu. “Susah memang sekarang. Benar-benar susah,” ungkapnya singkat.
“Dalam setahun ini, kami nggak pernah dapat harga karet di atas Rp7 ribu. Rata-rata Rp4 ribu hingga Rp5 ribu per kilo. Petani lah bener-bener tercekik dengan harga karet ini,” tambahnya.
Sementara itu, untuk diketahui, Kabupaten Padang Lawas masih banyak penduduknya yang bergantung penghasilannya pada kebun karet. Artinya, jika hujan dan harga rendah, ekonomi mereka akan hancur-hancuran.
Baik Musa maupun Parlindungan berharap, harga karet bisa naik dan bertahan di atas angka Rp10 ribu per kilogram. Sebab, normalnya harga karet dirasakan petani harus bisa bertahan di harga itu. (lay)
Sumber: http://www.metrosiantar.com/
No comments:
Post a Comment