MEMBANGUN DAERAH BEBAS DARI GERAKAN RADIKALISME - PADANG LAWAS News

Kumpulan Berita Padang Lawas dan Sekitarnya

Breaking

IKLAN

PASANG IKLAN ANDA DISINI

Post Top Ad || gw1

loading...

Monday, 25 January 2016

MEMBANGUN DAERAH BEBAS DARI GERAKAN RADIKALISME

Akhir-akhir ini marak media sosial di Indonesia memberitakan orang-orang tiba-tiba menghilang dari rumah, tempat kerja, atau keluarganya. Dr. Rica yang hilang pada 30 desember 2015 lalu dan telah ditemukan pada Januari 2016 di Pangkalan Bun. Pada selasa 12 Januari 2016 Diah Ayu Yulianingsih (28) beserta ankanya, Reina (2) pada 13 Desember 2015, yang sampai saat ini belum ditemukan. Hilangnya Diah Ayu Yulianingsih diduga terkait organisasi Gafatar yang dulu sempat masuk ketika aktif sebagai mahasiswa. Kemudian warga Plumbon, Kab. Kulonprogo, DIY bernama Kingkin Mulyani Tahan Uji (39), hilang sejak tanggal 4 Januari 2016. Sampai saat ini istri Suparjan (43) belum pernah kembali. Pada Rabu, 13 Januari 2016 laporan Polda DIY terhitung ada 21 orang yang dilaporkan hilang.
Gafatar terbentuk pada 21 Januari 2012 dengan Ketua Umum Mahful Tumanurung, MA. Penulis memahami bahwa munculnya gerakan ini berawal dari perbedaan pemahaman antara aliran kepercayaan Al-Qiyadah Al-Islamiyah Ahmad Moshaddeq dengan NII Panji Gumilang. Karena aliran kepercayaan Ahmad Moshaddeq Al-Qiyadah Al-Islamiyah dicap MUI sesat, maka Ahmad Moshaddeq mengunakan nama lain agar tidak dicap sesat oleh publik, yaitu Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Pemahaman yang terjadi pada masyarakat dan pelajar disebabkan tidak memahami apa sebenarnya aliran gerakan sesat tersebut dan bagaimana akibatnya, sehingga korban dapat dibohongi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, dan awalnya mau ikut-ikutan lalu akhirnya terdoktrin.
Di pihak lain, peran keluarga, orangtua tidak tahu atau kurang memahami hal-hal yang berhubungan dengan ajaran sesat, sehingga tidak dapat memberikan informasi atau pendidikan yang jelas kepada anak-anaknya akan ajaran sesat yang dicap MUI tersebut. bahkan sebagian anak dengan orangtua sama-sama tidak mengetahuinya.
Bimbingan dan informasi di masyarakat terkait ajaran sesat atau gerakan Fajar Nusantara pun sanagat minim. Untuk itu penyuluhan dan tindakan edukatif harus direncanakan, diorganisir, serta dilaksanakan secara efektif dan intensif kepada masyarakat yang disampaikan dengan sarana atau media yang tepat untuk masyarakat.
Rekomendasi/Tawaran
Fenomena tersebut peran pemerintah dalam memberantas narkoba sudah cukup besar dengan membentuk tim opsnal, seperti POLDA DIY menerjunkan 21 personel di lapangan, delapan diantaranya sudah diterbangkan ke Kalimantan. Organisasi Masyarakat pun ikut terlibat dalam memerangi fenomena ini, diantaranya organisasi Muhammadiyah akan membentuk satu tim khusus yang ditulangpunggungi oleh Majelis Hukum dan HAM dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian.
Nah, untuk mendukung upaya tersebut agar berdampak secara efektif, maka kita juga perlu mewujudkan beberapa rekomendasi alternatif berikut: Pertama, agama. Melalui agama, mereka yang masih bersih dari ajaran sesat, senantiasa menanamkan ajaran agama yang mereka anut. Setiap agama apapun tidak ada yang mengajarkan pemeluknya untuk menjadi orang yang merusak dirinya, masa depannya, dan kehidupannya. Sementara, bagi mereka yang sudah masuk Gafatar, hendaknya diajarkan kembali nilai-nilai agama yang terkandung dalam ajaran yang mereka percayai. Seperti yang disampaikan bapak Ilmu Perbandingan Agama Indonesia, Prof. A.Mukti Ali, dalam memahami agama/ajaran lain harus dengan Qur’anik. Dengan demikian, diharapkan ajaran agama yang mereka yakini mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Kedua, psikologis. Melalui pendekatan ini, mereka yang belum masuk ajaran tersebut diberikan nasihat dari hati ke hati oleh orang yang dekat dengannya, sesuai dengan kepribadiannya. Di sinilah fungsi keluarga sangat penting untuk memanfaatkan kesempatan khususnya orangtua berperan memberikan nasihat-nasihat kepada anak-anaknya agar tidak mudah percaya terhadap gerakan radikal seperti Gafatar dan gerakan sejenisnya. Mengetahui kepribadian seseorang, maka melalui pendekatan ini mampu mengembalikan mereka kepada kehidupan yang lebih baik.
Ketiga, sosial. Dengan pendekatan sosial mereka yang belum atau sudah masuk dalam dunia gerakan radikal, disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dari kehidupan keluarga dan lingkungan. Tokoh sosiologi Emile Durkheim mengatakan: “manusia tidak terlepas dari kehidupan berkelompok, proses lahir manusiapun ditakdirkan lewat proses pergaulan yang dimulai dari sosial”. Dengan demikian penanaman sikap seperti ini, maka mereka akan merasa kehadirannya di tengah keluarga dan lingkungannya, sehingga mereka akan enggan merusak dirinya dengan perbuatan yang membuat mereka berpisah dengan dunia sosial sekitar.
Rekomendasi di atas merupakan tawaran alternatif untuk mencegah dan memerangi gerakan-gerakan sifatnya radikal yang kian berkembang. Agar upaya pencegahan gerakan radikal ini dapat berlangsung baik dan efektif, maka kita perlu saling komunikasi antar sesama manusia dan saling mengingatkan dalam upaya melakukan hal tersebut di atas. Dengan saling bersinergi maka kegiatan membangun daerah bebas dari gerakan radikalisme akan nyata dan terwujud.

BIODATA PRIBADI
Penulis adalah Muslim Pohan, berasal dari Hadungdung Pintu Padang, Kab. Padang Lawas, Prov. Sumatera Utara. Alamat Sekarang: Jl. Seturan Baru, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Pendidikan terakhir: S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama
No. HP                        : 0853 2988 8685
Email                           : Muslimpohan@gmail.com
Pekerjaan                    : Anggota Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam                                                       (HMI) Cab.Yogyakarta dan Koordinator Dewan Pertimbangan                                                         Organisasi Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan D.I.Yogyakarta                                                         periode 2015-2016









No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad || gw4

loading...