RUSAK- Satu unit truk pengangkut buah sawit kesulitan saat melintas dari salah satu jalan rusak di Kabupaten Palas. (f-parningotan) |
METROSIANTAR.COM, PALAS- Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Palas diharapkan masih menjadi prioritas. Percepatan pembangunan misalnya, perlu diperhatikan. Termasuk di Kecamatan Sihapas Barumun, yang pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan perlu digenjot.
Memang, tahun ini, jalan dan jembatan sudah mulai dibangun. Seperti tahun sebelumnya, separuh bangunan jembatan sungai Silenjeng sudah ada. Dan, akan kembali dilanjutkan tahun ini. Bahkan, kalau jembatan itu sudah jadi, maka jarak tempih bisa berkurang lebih kurang 60 kilometer dari Silenjeng ke Sibuhuan.
“Biasanya tiga jam. Kalau jembatan sudah selesai bisa jadi satu jam setengah sudah sampai,” kata Camat Sihapas Barumun Edi Mirson Hasibuan saat berbincang, belum lama ini.
Camat berharap, kecamatan yang memiliki luas sekitar 144,14 KM2 ini bisa terus diperhatikan dan menjadi skala prioritas pembangunan tahun depan. Terlebih, rata-rata penghasilan 6.000-an jiwa jumlah penduduk dari 13 desa di kecamatan ini adalah bertani dan berkebun, yang erat kaitannya dengan ketersediaan jalan untuk pemasarannya.
Namun, selama ini, akibat infrastruktur jalan yang masih kurang memadai, penghasilan warga jika dibandingkan dengan pengeluaran sangat jauh berbeda. Harga jual komoditi hasil pertanian bisa berbeda di kisaran Rp 500-Rp1.000. Baik itu harga karet maupun sawit. Sedangkan harga beli kebutuhan pokok sudah mahal.
“Tentunya sangat sulit medistribusikan hasil pertanian dengan jalan yang rusak, dan kadang tidak bisa dilalui. Apalagi, warga rata-rata berbelanja ke Paluta, dan toke yang berdatangan pun dari Paluta. Mayoritas hasil warga itu ke Paluta lah. Bayangkan saja perbedaan harga jual hasil kebun rendah, karena tokenya langsung yang datang ke sana. Sementara harga kebutuhan mahal, seperti beras sebagai bahan pokok utama. Bisa mencapai Rp180 ribu per kalengnya,” ucapnya.
Di sisi lain, Pendapatan Asli Daerah dari Kecamatan Sihapas Barumun selalu mencapai target yakni Rp55 juta. Padahal, hanya ada dua sektor PAD di Sihapas. Yakni; retribusi pasar dan PBB. Seperti tahun sebelumnya, capaian PAD 100 persen.“PAD itu sudah kita setorkan akhir November lalu. PBB dibebankan Rp45 juta, retribusi Rp10 juta. Semua sudah kita setorkan,” sebut Edi Mirson.
Mutar dari Paluta
Sebagai kecamatan yang paling buncit keberadaannya sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Paluta, Sihapas Barumun masih sangat perlu diperhatikan. Selain jarak tempuh ke inti pusat pemerintahan di Sibuhuan cukup jauh, kondisi jalan juga masih rusak parah. Bahkan, dimusim penghujan saat ini, air Sungai Sihapas akan meluap dan menggenangi jalan.
Terpaksa warga mengambil jalan keliling dari Poken Salasa Kabupaten Paluta. Memang kondisi jalan yang masih jauh dari harapan dari Simpang Marenu, membuat warga cenderung lewat perbatasan Paluta.
Dari simpang Marenu saja, hampir dua jam menuju Desa Silenjeng yang merupakan ibukotanya Kecamatan Sihapas Barumun. Tidak jarang, kondisi yang seolah terisolir, warga akan menempuh perjalanan selama tiga jam tanpa henti dari Silenjeng ke inti kota Sibuhuan. Kondisi ini membuat camat dan warga merasa belum sepenuhnya merdeka.
“Apalagi pas lagi ada rapat atau urusan dinas ke pusat pemerintahan di Sibuhuan, subuh sudah harus berangkat, dan sepulangnya kita sampai malam di rumah,” aku Camat.
Diakuinya, kondisi jalan saat ini menuju kecamatan yang dipimpinannya itu sekitar 16 kilometer dari simpang Marenu. Kondisi baik hanya sekitar 2 kilometer, itupun hotmix yang baru dikerjakan tahun ini. Selebihnya lapen yang sudah hancur dan berlapir tanah bebatuan.
“Terpaksa memutar dari kabupaten Paluta,” katanya.Apalagi, tambah camat, saat air Sungai Sihapas meluap, akses jalan satu-satunya dari Simpang Marenu tidak bisa dilalui. “Lewatnya dari Paluta sana,” ujarnya. (tan)
Sumber : http://www.metrosiantar.com/
No comments:
Post a Comment