Harga Sawit Terus Naik, Karet Masih Stagnan - PADANG LAWAS News

Kumpulan Berita Padang Lawas dan Sekitarnya

Breaking

IKLAN

PASANG IKLAN ANDA DISINI

Post Top Ad || gw1

loading...

Monday, 14 March 2016

Harga Sawit Terus Naik, Karet Masih Stagnan


METROTABAGSEL.COM, PALAS – Pergerakan harga dua komoditi andalan masyarakat Padang Lawas (Palas) sedikit berbeda. Harga sawit cenderung terus naik, meski pelan namun harga karet masih stagnan atau jalan di tempat. Hingga kemarin (11/3), harga karet masih belum ada pergerakan alias tidak naik.

Pantauan Metro Tabagsel di Sibuhuan, kemarin, harga sawit sudah mencapai Rp1.450 per kilogram di peron UD Sawit Makmur di Kawasan Sigala-gala Sibuhuan. Memang, itu harga di peron. Artinya, jika tandan buah segar (TBS) langsung diantar masyarakat ke tempat itu.

Sementara, diketahui, kebanyakan sistem penjualan sawit oleh petani di Palas dominan langsung jemput di tempat. Biasanya, jika jemput di tempat, harganya di bawah sedikit, dengan perkiraan ongkos Rp200 sampai Rp300, tergantung kondisi jauh atau dekatnya.

Namun, berbeda dengan harga sawit, harga karet malah bertahan di angka Rp4.700 per kg. Harga itu sudah untuk karet kualitas bagus. Artinya, masih ada harga di bawah atau tergantung kualitas karet.

“Harga karet memang belum ada naik,” kata A Daulay, toke pengumpul karet di Kawasan Siga-gala Sibuhuan, kemarin. Dikatakan Daulay, sejak sebelum lebaran atau sudah lebih setengah tahun terakhir, harga karet bertahan di angka Rp5 ribu ke bawah. Padahal, sebelumnya pernah harga karet mencapai Rp18 ribu per kg.

Belum naiknya harga karet membuat masyarakat lesu. Padahal, harga kebutuhan makin naik. Bahkan ada yang lebih memilih tidak menderes lagi, karena merasa tidak semangat lagi menderes. “Kurang semangat memang menderes. Apalagi kita yang menderes di kebun orang, terpaksa hasilnya berbagi lagi,” kata M Hasibuan, seorang petani karet yang mengaku masih berbagi.

Saat itu, untuk hasil deresan dua hari, Hasibuan mendapatkan uang Rp148 ribu. Tapi, hasil yang didapatkan masih harus bagi dua dengan pemilik kebun. Artinya, dari dua hari itu, ia hanya bisa membawa uang pulang ke rumah sebesar Rp70-an ribu.Lain pula dengan Alim Hasibuan. “Saya sudah dua bulan ini tak menderes,” kata Alim Hasibuan.

Lebih parah lagi, di daerah Pinarik yang angkutannya lebih sulit. Di sana, harga karet hanya Rp3.500 per kilogram, bahkan ada yang Rp3 ribu.
“Harga Rp3.500 itu sudah karet kering. Sudah dikumpulkan dalam seminggu,” kata Toguan Pasaribu. Padahal, mayoritas masyarakat Batang Lubu Sutam yang mencapai 18 ribu KK dominan petani. Karet dan sawit merupakan komoditi andalan. (lay)

Sumber : http://metrotabagsel.com/

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad || gw4

loading...